Bunaken Dive Trip – Penerbangan yang sempurna. Cuaca cerah, langit biru dan awan putih terhampar tipis mengiringi penerbangan saya hari itu. Penerbangan Makassar-Manado yang biasanya ditempuh 1 jam 30 menit kali ini terasa lebih lama. Mungkin karena saya sudah penasaran dan antusias banget sama pesona biota laut dan terumbu karangnya. Tujuan trip saya kali ini memang untuk menyelam. Bunaken dan Lembeh jadi target utama saya.
Sesekali saya lirik jam tangan. Hingga ketika pramugari memberi informasi tanda akan mendarat, saya gak bisa lebih gembira lagi. Pulau Bunaken bisa terlihat jelas sekali dari jendela pesawat, tanda kami akan segera tiba.
Berangkat dari Makassar langsung ke Manado, La Rascasse Resort jadi tempat saya menginap selama 5 hari 4 malam. Penginapan yang lokasinya hanya beberapa kilometer dari garis batas kota Manado ini benar-benar punya kenyamanan yang pas untuk penyelam. Udaranya bersih, tenang dan dive-crewnya sangat cekatan.
Pemandangan pulau Bunaken dengan laut biru dari jendela kamar di La Rascasse Resort membuat rasa lelah sepanjang perjalanan langsung hilang. Setelah santap siang dan bertemu dengan beberapa rombongan diver lain, check dive langsung kami lakukan sore itu. Selain sebagai penyelaman “selamat datang”, check dive diperlukan untuk memastikan semua peralatan dan sarana penunjang penyelaman berfungsi dengan baik sebelum penyelaman panjang besok. Check dive kami lakukan di House Reef, hanya 5 menit perjalanan dengan long boat tepat di belakang resort kami. Hari sudah menjelang malam ketika check dive selesai kami lakukan. Puas, saya udah gak sabar menunggu besok.
Eksplorasi Bunaken
Kapal kami dipacu membelah perairan menuju pulau Bunaken. Jarak Manado-Bunaken hanya 18 kilometer dan bisa ditempuh dalam 30 menit. Dari kapal kami menyaksikan daratan kota Manado yang keliatannya semakin jauh dan Bunaken di sisi lainnya. Gunung Klabat dan gunung Lokon menjulang kokoh berdampingan. Ada asap tipis dari puncak gunung Lokon. Menegaskan kondisi gunung Lokon yang masih berstatus waspada setelah meletus beberapa pekan sebelum kami tiba. Di hadapan kami, pulau Bunaken dan Manado Tua menunggu.
Sesi oles-mengoles pun dimulai. Sun block, sun cream dan segala jenis pelindung dari UVA dan UVB keluar dari dry-bag masing-masing. Dan sebelum kami puas bermake-up ria, kami sudah tiba di Bunaken.
Ternyata di Bunaken juga ada pemancar yang menjulang di atas bukit di tengah pulau Bunaken. Signal bar di ponsel kami penuh. I was like ‘Uyeah.. Bunaken! Finally I’m here’ sambil upload foto narsis.
“GEAR UP, Buddies!” teriak Simon, dive master yang mendampingi kami dalam trip Bunaken ini sambil ngasi briefing mengenai dive spot yang akan kami selami di Bunaken. Dengan antusias kami menuju buritan kapal. Mengenakan dive gear yang sudah dipersiapkan dengan baik oleh kru kapal. Penyelaman hari itu di mulai di Fukui point, dive spot yang diberi nama sesuai nama penemunya yang adalah orang Jepang. Fukui point, katanya, punya penyelaman yang agak berbeda dibanding dive spot lainnya di Bunaken. Bukan dinding terjal, Fukui lebih berupa dasar landai (slope) dengan sedikit tebing (steep drops). Sangat cocok buat dive spot pembuka acara penyelaman kami di Bunaken hari itu. Dengan kedalaman 5-30 meter dan visibility 10-20m, Fukui menghidangkan pemandangan 5 Tridacna Giant Clams, White-spotted Moray Eel dan Napoleon Wrasse yang menurut saya sih sangat mudah ditemukan di lokasi ini.
Setelah surface interval selama sekitar 1 jam di pulau Bunaken, penyelaman selanjutnya kami lakukan di Lekuan 2 selama sekitar 50 menit. Dengan dinding tebing (wall) yang curam seakan tak berdasar, yang dapat kami lihat ketika menengok ke bawah hanya biru gelap yang dramatis. Kemampuan mengontrol daya apung (bouyancy) mutlak diperlukan. Keindahan wallnya sangat spektakuler. 200 bar isi tangki rasanya tidak cukup untuk bisa memuaskan rasa kagum kami selama menyelam. Pemandangan wall dengan gua dan patahan di beberapa sisi benar-benar memukau. Anda harus sering melirik ke dive-computer untuk menjaga kedalaman selam, atau anda bisa tiba-tiba berada di kedalaman 45m sebelum anda sadar. Spesies andalan di Lekuan-2 adalah Giant Sea Turtle dan Bump-Headed Parrotfish. Lionfish dan Scorpionfish juga mudah ditemukan di celah-celah karang. Setidaknya ada 10 Giant Sea Turtle di spot ini saja. Dan beberapa spesies jantannya bahkan berukuran luar biasa besar dengan diameter hingga 6m. Saya beruntung bertemu beberapa Sea Turtle ini.
Keindahan laut Manado bukan hanya di Bunaken. Bahkan di Boboca Point, titik penyelaman yang berada dekat dengan bibir pantai Manado tidak kalah fantastisnya. Kami sempat menjajal titik penyelaman ini di malam hari (night dive). Beberapa biota seperti Sand Ray, Mimic Octupos, Moray Eel dan Peacock Mantis Shrimp tertangkap sorotan senter kami dalam kegelapan malam.
Selat Lembeh dan Surga Muck Dive
Berbeda dengan Bunaken, Selat Lembeh secara umum diakui sebagai ibukota ‘muck dive’ di dunia, dan menawarkan apa yang hanya dapat digambarkan sebagai penyelaman makro. Penyelaman di Lembeh didominasi oleh dasar laut berpasir hitam dan berlumpur, lokasi yang merupakan ekosistem bagi berbagai makhluk dan kehidupan laut yang “aneh-aneh” dan mungkin tidak akan ditemukan di tempat lain. Hanya berjarak 20 menit dari bibir pelabuhan ikan Bitung, selat Lembeh sangat mudah diakses. Lokasinya yang berada di antara dua pulau berbukit membuat perjalanan laut kami sangat nyaman. Semilir angin, laut tanpa ombak dan beberapa pulau karang kecil di tengah selat. Sempurna.
Nudi Retreat, Jahir-2 dan Nudi Falls adalah 3 dive spot yang sempat kami eksplorasi di hari ketiga. Kamera underwater adalah benda wajib yang harus dibawa bila ingin benar-benar menikmati penyelaman di Lembeh. Dan berhubung saya tidak punya kamera, maka tugas saya adalah berburu biota untuk ditunjukkan pada para pemegang kamera.
Kami benar-benar beruntung. Hampir semua target biota buruan bisa kami temukan. Di Nudi Retreat, dive spot dengan coral di kedalaman 5m dan bentangan dua buah wall dengan dasar pasir hitam hingga 28m, kami bertemu si mungil Pigmy Seahorse dan si cantik Chromodoris. Di Jahir-2, kami berhasil bertemu Hairy Frog Fish, Flounder Fish dan Flamboyan Cuttelfish. Dan di Nudi Falls, 1 dari 3 dive spot terpopuler di Lembeh, Rhinopias dan Herlequin Shrimps sesekali mengintip kami dari celah karang. Semuanya belum termasuk puluhan Nudibranch berbagai jenis yang tersebar di seluruh lokasi.
The Moment of Truth : Decompression Stop
8 penyelaman dalam 3 hari belum membuat kami puas. Di hari ke empat, kami masih berkesempatan menjajal kembali Bunaken di dive spot yang berbeda. Kami memilih Mandolin Point dan Lekuan-3. Mandolin Point terkenal dengan “Narc Zone” atau zona narcosis. Zona di kedalaman 30-50 meter di bawah permukaan laut. Dinamakan demikian karena di zona itulah justru pesona andalan dive spot ini. Berhubung dalam rombongan hanya saya yang memegang lisensi penyelaman dalam, saya tidak ingin mengambil resiko dengan mengajak teman-teman TDC turun ke zona ini. Saya memilih menyelam sendiri sedikit lebih dalam di bawah rombongan dengan tetap menjaga jarak pandang dengan dive master. Luar biasa, saya bertemu White Tip Shark, Maori Wrasse dan Bumphead Parrotfish berwarna kombinasi biru dan pink. Tentu saja saya terkena decompression-time. Sebagai trade-off, saya wajib melakukan decompression stop selama 9 menit dilanjutkan safety stop selama 5 menit. Membuat rombongan yang sudah selesai harus menunggu sedikit lebih lama sebelum saya naik ke kapal.
NOrmalnya, semua diver sebisa mungkin menghindari penyelaman dekompresi demi menghindari decompression sickness. Namun terlepas dari ‘tabu’nya melakukan deco-stop, momen ini bagi saya adalah salah satu momen langka yang sangat fantastis. Momen di saat saya mengapung di kedalaman tertentu di dalam laut biru sebagai “pengakuan dosa” atas penyelaman dekompresi, diam, hening dan sendiri.
Di spot berikutnya, Lekuan-3 didukung cuaca yang cerah, jarak pandang saat itu mencapai 40m. Jarak pandang yang luar biasa jernih dengan suhu air sekitar 29°C. Dinding curam di sisi kiri kami menyajikan terumbu karang yang fantastis. Pelagis seperti Tuna dan Trevalli sangat mudah ditemui dalam jumlah banyak dan berkelompok (schooling). Di sini sekali lagi kami bertemu sepasang Sea Turtle yang sedang kawin. Ikan-ikan kecil seperti Bannerfish, Anthias dan Fairy Basslets juga ikut menari-nari menemani kami.
Saya Pasti Kembali
Potensi ekowisata Sulawesi Utara sangat istimewa. Terlebih dengan kesadaran masyarakat di pesisir dan para nelayan yang sudah paham pentingnya konservasi dan menjaga ekosistem laut. Bunaken dengan perairan dalamnya menawarkan pengalaman diving dengan level yang berbeda dengan biodiversitas bawah laut yang mempesona. Lembeh dengan muck divenya, dan pulau lain seperti Siladen, Montehage, Gangga hingga ke kepulauan Sitaro semuanya adalah kekayaan yang tidak ternilai harganya. Saya akan kembali lagi.
huuuuaaaaa…..
aq juga pengen banget bisa ke Bunaken….
tapi kapan ya bisa terealisasi?
*sigh*
saya lahir di Manado tapi ndak pernah ke Bunaken 🙁
Wah.. masa sih?
Bunaken kan cuma sepelemparan batu saja dari Manado.
wew, impresif … pengalaman snorkeling sy sejauh ini cm di Karimunjawa ^_^
Gimana snorkelingnya, indah gak? Ayo cobain diving. Dijamin lebih ajaib di bawah sana.
keren cha, mantab
bikin makin mupeng aja