Blog, Traveling

Catatan Takabonerate Island Expedition IV 2012 – (1/2)

Takabonerate Island Expedition IV 2012 adalah event tahunan ke empat yang diadakan di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. Bila anda adalah penggemar wisata laut dan pantai maka Takabonerate Island Expedition IV 2012 adalah momen yang tepat melepas kepenatan sekaligus menjadi get-away di sela-sela kesibukan.

Diselenggarakan oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar, yang harus disiapkan peserta hanya registrasi dan datang ke sana. Siapkan perjalanan, termasuk akomodasi. What could be better than an almost free trip, anyway?

Saya sudah duduk manis menunggu keberangkatan mobil angkutan di hari Minggu pagi ketika orang normal masih memilih tidur dan bermalasan. Hari itu 18 November 2012, bersama 4 teman dari Sub-Aquatic Community Makassar: @David_Hae, @Chandra_Marley @zizuzan dan Puput, kami berangkat dari Makassar menuju kabupaten Bulukumba untuk Takabonerate Island Expedition. Dari sana kami hanya tinggal menyeberang dengan kapal feri menuju kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam hati saya bersorak, “Takabonerate Island Expedition, here I come!”

Kabupaten Kepulauan Selayar sebenarnya bisa ditempuh melalui udara, laut maupun darat. Penerbangan tersedia dari Makassar langsung ke Selayar 4 kali sepekan. Namun di saat ada event Takabonerate Island Expedition seperti ini, biasanya tiket pesawat sangat sulit didapat.

Transportasi umum lain juga banyak tersedia. Pilihan paling populer adalah bis AC dengan tarif Rp 100.000 dengan rute terminal Mallengkeri Makassar – Terminal Benteng Selayar sudah termasuk tarif kapal feri. Waktu tempuh akan memakan waktu total sekitar 4-6 jam.

Selayar Tanadoang

Dinding Batu Selayar
Dinding Batu Selayar

Tiba di bibir pelabuhan Pamatata Selayar pukul 8 malam, kami masih harus menempuh 2 jam perjalanan darat untuk tiba di kota Benteng, ibukota kabupaten. Spanduk Takabonerate Island Expedition terpampang di mana-mana. Karena kami tidak menggunakan bis, maka kami harus mencari sendiri kendaraan dari pelabuhan Pamatata menuju kota Benteng. Dan tentu saja, demi menghayati perjalanan, kendaraan yang kami pilih adalah mobil bak terbuka dan kami tidak keberatan untuk bergelimpangan di atasnya. Pemandangan daerah pesisir sangat menenangkan. Sepanjang belasan kilometer saya juga menyaksikan konstruksi dinding batu yang dibuat seakan menjadi penuntun arah. Karena hari sudah malam, saya memutuskan untuk kembali mengambil foto konstruksi bebatuan ini di siang hari. Dan voila! melihat dinding batu ini, saya tidak bisa memikirkan tempat lain selain The Stone Wall Isle of Skye yang ada di Skotlandia. Benar-benar unik dan epik.

Saya bahkan belum tau akan nginap di mana malam itu. Kabar buruknya adalah semua penginapan sudah penuh dan saya tidak bawa sleeping bag. Sampai om David berbaik hati menitipkan saya di rumah tetangganya. Sempurna!

Dulunya, Kabupaten Kepulauan Selayar bernama Peterpan. Bukan.. bernama Selayar saja tanpa kata Kepulauan di depannya. Dengan PP tahun 2008, maka Selayar berubah nama menjadi Kabupaten Kepulauan Selayar. Julukannya sebagai Tanadoang berarti tanah tempat memuja. Diperkuat dengan banyaknya peninggalan sejarah berupa benda pemujaan dan ritual dari zaman batu hingga zaman perunggu.

Skip!

Takabonerate Island Expedition – Off to the Magic Wall

Jembatan Putus
Jembatan Putus – Selayar

Apa yang paling dicari para diver ketika berada di spot diving? Nyemplung! Dan memang begitulah rundown acara hari itu. Rombongan Takabonerate Island Expedition IV 2012 yang terdiri dari peserta tour darat, tour laut dan rombongan lain sudah berkumpul di rumah jabatan Bupati demi memenuhi undangan penyambutan. Well, kami dapat jamuan sarapan yang luar biasa. Mulai dari kue tradisional, minuman panas hingga makanan berat semua tersedia. Tarian adat dan atraksi musik tradisional mengiringi para peserta Takabonerate Island Expedition IV. Setelah berfoto bersama ibu Bupati, rombongan langsung berangkat menuju lokasi wisata masing-masing. Dan kami para diver menuju Pantai Timur Selayar!

Berduyun-duyun para peserta menggotong peralatan selam masing-masing menuju bis yang sudah disiapkan panitia. Peralatan selam ini adalah benda yang paling wajib ada sekaligus paling dibenci oleh penyelam. Besar, banyak dan berat. Sangat tidak traveling friendly. Tidak bisa digulung-gulung dalam backpack, tidak bisa dimasukkan ke space maker dan bukan barang disposable. Artinya berat dan ukuran divegear yang anda bawa akan tetap seperti itu ketika anda pulang. Dan di sanalah saya, menggotong meshbag berisi peralatan selam lengkap termasuk pemberat.

Jembatan Darurat - Selayar
Jembatan Darurat – Selayar

Perjalanan dari kota Benteng ke Pantai Timur memakan waktu 1 jam. Seiring durasi, pemandangan di kiri kanan berubah dari kota yang ramai ke perkampungan sepi. Mirip lokasi syuting film Jelangkung. Bagi saya ini luar biasa istimewa. Orisinil dan sangat etnik. Terbayang kondisi perairannya yang belum terjamah, biru, sunyi dan jauh dari keramaian. Orang bule berani bayar mahal untuk pengalaman seperti ini. Lalu perjalanan kami terhenti menjelang jembatan putus. Si supir bis tidak berani melintas. Dan itu berarti kesempatan bagi kami untuk turun dan.. foto-foto!

Cukup lama, hingga akhirnya sopir bis memutuskan untuk melintas di atas jembatan alternatif: konstruksi darurat dengan penopang batang pohon kelapa yang rupanya cukup kuat. Perjalanan pun semakin lengkap dengan panduan dari panitia yang bercerita mengenai setiap tempat yang kami lewati.

Bis yang saya tumpangi berisi peserta dari Jakarta, Bandung, Semarang bahkan ada 9 orang dari Malaysia. Semuanya tidak sabar untuk bisa segera menikmati bawah laut Selayar. Riuh dan ramai semakin mengakrabkan satu sama lain. Ada yang hanya sekedar ingin rekreasi, ada yang ikut kompetisi fotografi bahkan ada yang ikut Takabonerate Island Expedition karena tugas negara. Ada yang baru pertama kali ke Selayar, ada yang sudah berkali-kali. Namun kami semua sepakat bahwa Selayar adalah pulau yang luar biasa indah.

Patumbukang Pantai Timur Selayar
Patumbukang Pantai Timur Selayar

Lokasi yang akan kami datangi hari itu adalah lokasi diving andalan di pulau Selayar. Di sana ada resort yang dikelola eksklusif oleh ekspatriat berkebangsaan Jerman, Selayar Dive Resort. Orang-orang menyebutnya Resort Jochen. Aksesnya memang terbatas dan aturan wisata yang diterapkan sangat ketat. Untuk bisa menyelam di spot ini, setidaknya perlu menyiapkan kocek Rp 3,6 juta perhari. Belum termasuk biaya perjalanan sampai ke Pantai Timur, makanan ringan, rental gear dan asuransi. Bahkan untuk tamu mancanegara, menurut info dari dive guide kami, harga paket di Selayar Dive Resort adalah Rp 65 juta untuk 2 minggu (perlu dicek kebenarannya). Namun melalui event Takabonerate Island Expedition, semuanya gratis. Panitia telah menyiapkan semuanya.

Hingga akhirnya kami memasuki pelabuhan Patumbukang. Riuh dalam bis berubah hening. Saya pun ikut larut dalam keheningan. Saya ada pada fase excitement tingkat tinggi. Saya di Pantai Timur Selayar yang legendaris!

3 comments on “Catatan Takabonerate Island Expedition IV 2012 – (1/2)

    1. Oh iya. Salah tulis. Terimakasih koreksinya, kakak. Sudah saya perbaiki.

      Bapak bupati waktu itu sedang tidak di tempat. Jadi ibu Bupati yg jadi tuan rumah di rujab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *