Blog

Hari Valentine yang Tidak Penting

sejarah valentine

According to a study by the National Retail Foundation, men will spend more than twice as much on Valentine’s Day gifts as women.

Situasi di bawah ini terjadi di kantor di suatu pagi yang kata orang adalah hari Valentine. Saya sedang sibuk menyiapkan beberapa slide presentasi yang deadline ketika obrolan ini terjadi.

“Ucha, lu percaya hari valentine gak?”
“kagak.”
“Gue percaya, men.”
“bodo.”
“Sumpeh, men. Gue smalam mimpi ketemu sama first love gue.”
“bodo ah.”
“Setelah sekian lama, men. Kok gw baru mimpi semalam coba?”
“Memang kenapa ?”
“Smalam kan malam hari valentine.”
“Terus?”
Hari valentine, men. valentine! halo?”
“Napa sih, ah!”
“Kayanya gue salah mutusin dia, men. Buktinya gue mimpiin dia, malam hari valentine lagi.”
“Ya udah.”
“Denger dulu, men. Katanya sih, orang yang kita mimpiin di malam hari valentine bakal jodoh kita tuh.”
“Klo mimpi naik odong-odong?”
“Ya.. berarti jodoh lu odong-odong.”
“Ho oh..”
“Gue serius nih, men. Jujur aja gue masih sayang sama dia. Kayanya gue harus cari tau tentang dia nih skarang.”
“Ya udah.”
“Nah gitu dong, men. Kasi gue smangat. Elu emang temen gue paling yuhui dah. Tapi gue bagusnya nelpon ato SMS?”
“Kirim surat.”
“Nelpon aja kali ya.”
“Terserah.”
“Naah. Dari tadi dong. Gue pinjam henpon lu bentar yak. Pulsa gue habis udah dari kemaren.”
“Cebong!”

See? hari Valentine itu tidak penting. Sama tidak pentingnya dengan obrolan di atas.

3 comments on “Hari Valentine yang Tidak Penting

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *