Blog

Ini yang Harus Anda Lakukan Saat Gempa Bumi

Ini tahun kedua belas saya tinggal di Manado. Untuk ukuran penempatan kerja, saya mungkin masuk kategori pekerja yang betah ditempatkan lama di satu tempat. Tiap saya menghitung total lama domisili saya, di situ kadang terselip doa, “Tuhan, kembalikan saya ke kampung halaman.”

Tapi ya gak papa juga sih.. Manado. Daripada di Timbuktu.

Data Gempa Bumi area Manado dan sekitarnya (Desember 2014)
Data Gempa Bumi area Manado dan sekitarnya (Desember 2014)

Jadi nih, semakin lama saya tinggal di Manado, semakin sensitif saya sama gempa bumi. Gempa skala menengah (sekitar 5 SR) hampir tiap bulan terjadi di sini. Dalam sebulan bisa saja tiap minggunya gempa. Dalam seminggu bisa saja tiap harinya gempa. Dalam sehari bisa saja gempanya 2 – 3 kali. Ini beneran. Saya pernah posting di twitter capturan gempa yang terjadi 5 kali dalam rentang tidak lebih dari 1 jam di suatu malam menjelang dini hari. Masalahnya adalah, itu jam tidur saya. Dan saya jadi gak bisa tidur sampai menjelang subuh demi siap-siap ngungsi kalau ada tsunami alertnya (yang untungnya gak ada). Saya cari-cari capturannya udah hilang, tapi data BMKGnya bisa dilihat di sini.

Nah. Berhubung frekuensi gempa di kota ini termasuk cukup aktif, tingkat kewaspadaan saya terhadap gempa meningkat. Begitu ada gempa, yang pertama saya lakukan adalah memastikan kalau itu benar-benar gempa bumi. Selanjutnya adalah mencari tempat yang aman untuk berlindung, baru setelah itu mencari tempat yang aman untuk update status.*)

*) Jangan sekali-kali update status saat gempa. Lari ke luar gedung (kalau anda di dalam gedung) juga tidak dianjurkan. Yang harus anda lakukan saat gempa adalah segera DROP, COVER dan HOLD ON.

Itu sisi positifnya: Awereness raising. Saya jadi tau mesti ngapain saat terjadi gempa dan above all, saya udah gak panik.

Sisi lainya adalah, saya jadi sering menduga-duga bahwa sedang ada gempa tiap kepala saya terasa pening. Oleng dikit, jangan-jangan sedang ada gempa. Pusing dikit, jangan-jangan sedang ada gempa. Bahkan kalau ada kerumunan massa yang sedang berlarian dengan wajah yang galau sambil meneriakkan yel-yel, praduga saya paling awal adalah jangan-jangan sedang ada gempa.

Hotel Lion Plaza yang terdampak Gempa 7.3 SR (November 2014)
Hotel Lion Plaza yang terdampak Gempa 7.3 SR (November 2014)

Ini pula yang membuat saya sadar pentingnya keberadaan galon air mineral (yang berisi air minum) di semua tempat.

Jadi tadi malam, di kost. Saya baru sadar bahwa betapa galon air mineral itu perlu untuk selalu berisi air minum. Karena selain airnya bisa buat minum, air dalam galon juga bisa jadi indikator akurat kalau ada gempa bumi. Nah, tadi malam air galon saya habis. Sebenarnya kosongnya sudah dari kemarinnya sih. Kosong blas, tidak tersisa sedikitpun, yang kalau saya paksain pencet tombol krannya bisa-bisa yang keluar asap. Saya sebenarnya gak khawatir-khawatir amat karena toh saya punya dua botol softdrink di dalam kulkas yang bisa saya minum kalau haus. Juga dua botol air mineral masih tertumpuk di samping lemari dalam kantong plastik hasil belanja di warung sepulang kantor.

Sekitar jam sepuluh malam, memasuki waktu Indonesia bagian galau, tiba-tiba saya merasa oleng. Langit-langit kosan seperti miring ke kiri-kanan. Tanpa saya sadari, saya refleks melirik ke galon air mineral dengan asumsi apabila permukaan airnya bergerak, maka saya bisa menyimpulkan sedang ada gempa, lalu saya bisa melakukan tindakan yang tepat yaitu DROP, COVER dan HOLD ON (bukan update status).

Tapi karena air di galon kosong, saya malah panik. Saya gak bisa memutuskan ini adalah gempa atau bukan. Yang saya lakukan berikutnya adalah membuka kulkas untuk melihat air di dalam botol. Ya tentu saja air dalam botol softdrink bergerak-gerak karena:

1. Botolnya berjejer di balik pintu kulkas, dan
2. pintu kulkasnya baru saja saya buka.

Sadar kalau itu keputusan yang salah, saya lalu menyerobot dua botol air mineral yang masih tertumpuk di samping lemari. Saya jejerin di atas lantai, dan dengan sabar menunggu permukaan airnya tenang untuk… entahlah.

10 detik berikutnya saya menyesali kegoblokan saya barusan.

Saya akhirnya pasrah. Entah tadi itu gempa atau bukan, saya sama sekali clueless. Toh langit-langit kamar juga sudah gak miring-miring lagi. Kalau ternyata tadi itu adalah gempa, saya sudah sangat terlambat untuk bereaksi DROP, COVER dan HOLD ON karena menghabiskan hampir 2 menit hanya untuk memastikan gempa melalui permukaan air (yang ternyata gagal).

Beberapa menit berikutnya hp saya trang-tring. Grup chat teman-teman Manado rame saling bertukar info kalau tadi itu memang gempa skala 5,1 SR dan terjadi di daratan. Makanya terasa banget. Ada yg posting capturan data USGS, ada yang posting capturan BMKG dan ada juga yang nanya, “barusan gempa ya?”

Gempa Bumi Manado
Gempa Bumi Manado

Saya curiga yang nanya tadi juga kehabisan air galon di kosannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *