Di kantor saya hampir tiap akhir pekan bakal ada yang ngajak trip ke lokasi diving. Pesertanya karyawan lokal atau tamu kantor dari daerah lain. Ada yang sudah punya lisensi selam, ada yang baru mau ambil lisensi, ada yang bahkan gak setuju kenapa kalau mau diving saja harus punya lisensi
Postingan ini adalah uneg-uneg seorang diver nista yang gregetan dengan semakin dikesampingkannya diving safety oleh para penggiat selam.
Belakangan ini makin banyak orang yang berminat dengan rekreasi selam. Kalau dulu aktifitas ini terbatas ditekuni oleh para pekerja wisata, turis asing atau mahasiswa kelautan, sekarang ini penggemarnya semakin banyak ke anak muda dan pekerja kantoran.
Salah satu sebabnya karena belakangan ini menyelam makin dipopulerkan oleh artis. Sebut saja artis penyelam Riyanni Djangkaru, Nadine Chandrawinata, Kaka Slank, Nicholas Saputra dan banyak lagi. Ditambah mulai bermunculannya acara televisi dengan program jalan-jalan ke lokasi wisata laut di Indonesia, yang hostnya bisa diving sambil selfie, lalu setelah diving ngomong gini, “kamu HARRUS ngerasain dahsyatnya diving di sini,” sambil kibasin rambut.
Saking ramenya orang yang ujug-ujug pengen nyelam, di kantor saya nih hampir tiap akhir pekan bakal ada yang ngajak trip ke lokasi diving (secara saya berkantornya di kota Manado, yang lokasi divingnya seabreg-abreg). Pesertanya kadang karyawan lokal atau tamu kantor dari daerah lain. Ada yang sudah punya lisensi selam, ada yang baru mau ambil lisensi, ada yang bahkan gak setuju kenapa kalau mau diving aja harus punya lisensi. Tipe terakhir ini biasanya bos-bos yang gak mau disalah-salahin.
Dan akhirnya mereka pun tetap diving.
Saya kadang ikut bersama rombongan ini, kadang juga tidak. Kalau tidak diajak, ya tidak ikut (haha). Kalau diajak pun, saya liat dulu, kalau mereka yang mau menyelam sudah berlisensi semua, mau menuruti instruksi, ada dive master dan guide, saya ikut. Kalau di dalam rombongan ada yang suka ngeyel, gak ada dive master dan guide, atau bahkan ada yang maksa mau menyelam tanpa lisensi, saya gak bakalan mau ikut.
Well, punya lisensi selam itu syarat mutlak untuk bisa menyelam. Bukan sekadar surat izin boleh menyelam, tapi sebagai penanda kemampuan kita di tingkat tertentu soal pemahaman menyelam. Lisensi ini yang menunjukkan kemampuan menyelam, durasi, waktu yang diperbolehkan, kedalaman dan sebagainya. Meskipun asosiasi penerbit lisensi selam memang bermacam-macam, tapi secara garis besar yang mereka ajarkan sama saja: SAFETY.
Jangankan gak punya lisensi, yang punya lisensi selam saja ada juga yang bandel. Terutama diver pemula yang masih level open water, atau A1. Sering saya dapati obrolan di antara para diver-diver pemula ini tentang seberapa dalam mereka sudah menyelam. Coba deh, SEBERAPA DALAM bukan SEBERAPA AMAN. Masing-masing akan membanggakan titik terdalam yang sudah mereka selami dan membully temannya yang gak berani diving sedalam itu. Beberapa dari mereka bahkan lupa apa itu ‘No Deco Limit’.
Saya akui tingkat keberanian para diver pemula ini memang jauh di atas para diver lama (aduh sumpah ini gak enak banget mesti bikin istilah ‘diver pemula’ dan ‘diver lama’, tapi mesti nulis apa dong buat ngebedainnya?) That’s literally true. Bukan karena mereka sudah bisa menyelam, tapi justru karena mereka sebenarnya belum paham resiko yang mereka hadapi.
Begitu sudah naik kelas ke level Advance, ada lagi yang masih bandel dengan sok-sokan bisa menjadi instruktur buat temannya yang baru mau belajar diving. Ini beneran ada loh. Padahal yang boleh melakukan ini (memperkenalkan, mengajar dan mengeluarkan lisensi) hanya Instruktur. Bukan mereka yang punya level Advance atau A2.
Saya sendiri, semakin sering nyelam justru semakin menghindari menyelam dalam dan lama. Semakin aware dengan dive gear, semakin rewel dengan kelengkapan dive operator yang saya pakai dan semakin ketergantungan dengan dive computer, hook, sosis, sirene, senter bahkan sumpritan. Saya malah suka ngambek kalau dalam satu trip ada buddy yang divingnya kayak koboi. Bukan saja dia membahayakan dirinya sendiri, dia juga bisa membahayakan orang lain. Ini bukan tentang seberapa dalam kita menyelam, tapi seberapa aman kita bisa menyelam sambil menikmati keindahan bawah laut. We are recreational diver anyway, right?
So, ini jadi semacam ironi yang muncul sebagai akibat semakin populernya aktifitas selam ini di masyarakat. Instansi selam harus tetap ketat dalam urusan lisensi selam ini. Begitu juga dengan dive operator, harus tegas dan rewel ngecek lisensi dari tamu-tamu divernya.
Jangan sampai terjadi dive accident akibat kekonyolan-kekonyolan yang sebenarnya bisa dihindari. Toh, semakin banyak orang yang suka menyelam, semakin subur industri pariwisata kita. Tingkat kesadaran akan pentingnya konservasi laut juga semakin tinggi. Masyarakat pesisir semakin bersemangat, ekonomi semakin meningkat dan pada akhirnya ketahanan pangan kelautan juga semakin kuat.
Happy diving!
Sepakat mba… Tulisannya keren dan wajib share.
ooo… begitu ya. menyelam sangat populer toh. 🙂
kalo penyelam (turis) asing, yg tdk bawa atau tdk punya license, apakah masih diperbolehkan menyelam?
Tanpa lisensi sebenarnya gak boleh menyelam. Tapi di beberapa tempat, tetap diperbolehkan dengan batas2 tertentu. Biasanya mereka sebutnya program ‘Intro to Diving’, atau ‘Discover Scuba Diving’. Kedalaman dan durasinya sangat terbatas dan pastinya beda puasnya.
Halo Mbak Sa, lama tak jumpa 😀
Klo gak ada license gak boleh nyelam. Tapi biasanya karena ini ujung2nya urusan priuk nasi juga, ada aja dive operator yang mengizinkan non diver tanpa license buat nyelam.
Btw, license gak harus ditunjukin secara fisik kok. Cukup nomornya aja sudah bisa dicek online kok.
Kk Ucha, itu orang2 yang ngeyel itu kenapa ya? Apakah mereka tidak pernah sama sekali mengetahui tentang ancaman di bawah sana? Tidak sadar, begitu, ya? Bisa-bisanya ngeyel ya …. bingung saya
Kayaknya kapan hari aku sudah titip komen disini tapi kok ga muncul yaa….?
Sptnya aku susah deh kalo ninggalin komen di WP.
Ayooo update :p :p