Saya girang bukan main ketika tahu lokasi penempatan kerja saya adalah Manado. Kota yang terkenal dengan banyak destinasi wisatanya. Itu artinya saya bisa punya banyak pilihan untuk jalan-jalan saat senggang.
Tapi ternyata saya salah. Setidaknya di tahun pertama. Kesibukan kerja sangat menyita waktu dan kesempatan. Hampir setahun di Manado saat itu, belum sekali pun saya sempat ke Bunaken. Sampai teman kost, Adi namanya, suatu hari mengajak saya ke sana, ke pulau Bunaken yang konon katanya terkenal dengan wisata taman lautnya.
Itulah untuk pertama kalinya saya melaut. Perahu kecil bermesin tempel menjadi alat transportasi kami. Sekira 20 orang bisa muat di dalamnya.
Perlahan tapi pasti perahu mulai melaju. Saya duduk di sisi kanan, menghadap ke belakang. Mata saya lekat pada tangan cekatan yang mengarahkan mesin tempel memecah ombak. Di tengah perjalanan, tiba-tiba puluhan lumba-lumba hidung botol mengiringi kami sambil sesekali melompat keluar dari laut. “Ini sebuah perjalanan istimewa,” dalam hati saya berbisik.
Belum juga tiba di dermaga, perahu berhenti di tengah laut. Pemilik kapal menjelaskan pada kami bahwa lokasi itu adalah lokasi snorkeling favorit. Saya bisa melihat beberapa perahu lain yang juga berhenti di sekitar kami. Seisi kapal berteriak girang. Semua berebut mengambil dan mengenakan pelampung yang sudah disiapkan di kapal. 5 menit berikutnya semua sudah menceburkan diri ke laut, snorkeling.
Sebagai satu-satunya yang tidak bisa berenang, saya hanya duduk menunggu di atas kapal. Menyaksikan keriangan orang-orang yang mengapung ke sana ke mari di permukaan air.
Saya tidak pernah membayangkan apa yang akhirnya saya saksikan hari itu. Langit yang cerah dan laut biru membentang sepanjang horizon. Belum pernah sebelumnya saya melihat laut seluas mata memandang. Saya berdiri memaku di depan geladak kapal. Membiarkan tubuh mengikuti gerakan perahu yang diayun ombak ke kiri dan kanan. Dari atas perahu saya bisa melihat terumbu karang warna-warni di bawah sana. Suara tawa orang-orang yang snorkeling redam terbawa angin.
Saya terbuai. Pandangan saya liar menjelajah, menyapu horizon dari timur ke barat. Laut luas biru menghampar, berpegangan pada langit. Seperti sepasang kekasih yang tidak ingin terpisah, laut dan langit diam dalam kesetiaan. Mereka begitu sempurna menyimpan rasa demi sebuah mahakarya keindahan. Keduanya begitu tenang, begitu menakjubkan. Saya teringat seorang teman yang pernah berkata: langit selalu jatuh cinta pada laut. Saya setuju, karena hanya laut yang memahami birunya langit. Hanya laut yang tetap berada di sana meski mendung, hujan dan angin berusaha menjaraki mereka. Bukankah hanya laut yang tetap menyimpan biru, meski langit sedang abu-abu?
Ketika langit amarah, laut sejatinya tenang dan damai. Gelegar petir dan badai selalu saja mengajak laut untuk ikut menunjukkan gundah. Tapi laut enggan. Ombak yang menggulung menjadi reaksi dari laut untuk meredam amarah langit. Di bawah sana, laut tetap tenang. Seakan tidak membiarkan siapa pun tahu apa yang terjadi antara ia dan langit di luar sana.
Saya tersenyum menikmati drama yang saya ciptakan sendiri. Lalu saya sadar, saya sedang jatuh cinta. Ya, jatuh cinta pada laut. Jatuh cinta pada pertemuan pertama. Langit mungkin cemburu, saya tidak peduli. Perlahan mata saya terpejam. Sesekali angin laut berhembus tepat di depan wajah, membawa aroma laut yang bisa saya hirup dalam-dalam.
Hari itu, 9 tahun yang lalu, saya menemukan rasa cinta yang tumbuh kuat pada laut hari demi hari. Dalam perjalanan pulang saya terus mensyukuri mahakarya Tuhan yang menghampar menyimpan begitu banyak keindahan dan misteri. Ombak memercik dari badan kapal yang melaju, seakan memanggil mengajak bermain. Hingga akhirnya saya tiba kembali ke daratan, dan laut tetap di sana.
Saat itu saya berjanji dalam hati akan membuktikan cinta ini, bercengkarama dengan laut lebih intim lagi, menyelami dalamnya lautan suatu hari nanti.
#bikinkerenindonesia #nuliskreatiftsel
wow pengen banget ke bunaken *blom kesampaian* 😛
Kalau di Makassar, Ke kepulauan Spermonde aja bang.. Lebih dekat dan mudah aksesnya.
indahnyaaa… itu koleksi foto sendirikah? kereeen >.<
sayang, saya gak berani renang, makanya takut air
Kalo gitu nyelam aja. Yang penting bisa tenggelam. hehee
aiih… kapan ya bisa ngeliat laut.. *mupeng*
wow . . . pingin aku ke raja ampat ??
Rindu kembali menatap laut dan langit yang saling menatap dan bertemu di garis horizon. itu sebabnya saya suka biru. hamparan laut memnag selalu indah untuk dinikmati, tapi saya belum pernah mencoba menyelami isi hati laut. khawtir terpesona dan tak bisa keluar lagi 🙂
Tolong sampaikan salam langit pada laut ya Bang.
Fotonya bagus2 banget. Laut memang sangat menggoda untuk dicumbui…apalagi yang masih suci dan bersih
Bunaken dan Raja Ampat… tempat2 yang ingin sekali bisa aku datangi 🙂
Orang2 yang tdak bisa menyelam… bagaimana caranya supaya juga bisa menikmati taman laut yg luar biasa ya?
Kan bisa snorkeling..