Beradu nyaring seperti bersuka
Bentukan karang dan debur ombak riang bersama angin
Nyaring menakutkan
Kadang tenteram
Kadang sejuk
Kadang gemuruh
Dengan lambaian berjuta nyiur semilir tak kenal duka
Di sisinya seorang bocah tekun memilah
Hitam kulitnya, mungkin karena terik hidupnya
Senyum kami bersahutan
Mata kami bertautan
Dan terdesirlah segera
Seperti sendu apapun namanya
Satu kerang atau dua di keranjang untuk peluh penuh hari ini
Dan peluh lagi esok
Seperti hidup
Tak mati-mati
Karena keringat adalah air mandinya
Maka terik tiada artinya
Karena telanjang kaki adalah karpet merahnya
Maka sepatu kulitku berarti cengeng olehnya
Karena berjuang hidup adalah ceria masa kecilnya
Maka apalah arti keluh kesahku baginya?
Pantai Peta, Sangir – Tahuna.
Mei 2004.