Hari ini 27 Juni 2009, dan udara kota Manado malam ini masih dingin. Sudah delapan bulan lebih sejak ku ucapkan qabul atas ijab pernikahan kita. Aku masih ingat sekali, hari itu aku perlu sapu tangan ekstra tebal untuk mengatasi keringat dan menyiasati rasa gugup. Detik-detik saat aku duduk dikelilingi Bapak imam, ayahmu dan dua orang saksi. Aku memang luar biasa gugup saat itu. Kamu tidak tahu, istriku. Tidak juga orang-orang di sekelilingku. Mungkin kamu juga gugup di dalam kamar menanti akad nikah kita. Dalam hati aku bahkan bertanya-tanya seperti apa rupamu di dalam sana. Yang bisa aku ingat sekuat ingatanku hanya senyummu. Senyum yang kau tunjukkan sambil tertunduk pertama kalinya kita bertemu tidak lebih dari 5 menit sebulan sebelumnya. Alhamdulillah akad nikah hari itu berlangsung lancar. Sesaat setelahnya kita akhirnya bertemu lagi. Kuusap keningmu sambil berdoa, dan untuk pertama kalinya kita berdiri sholat berjamaah di dalam kamar, sementara undangan menunggu acara makan di luar. Aku imamnya, kamu makmumnya.
Awalnya aku ragu, jujur saja. Bagaimana mungkin aku memutuskan hidup bersama orang yang baru aku kenal seumur jagung hanya berbekal informasi dari orang-orang tentangmu. Tapi kamu akhirnya mematahkan keraguanku tanpa kecuali. Mereka salah tentang kamu yang sangat tertutup, sehingga tidak banyak yang mengenal kepribadianmu. Mereka salah tentang ketertinggalanmu dari hingar bingar tren. Mereka salah tentang kamu yang menurut mereka tidak akan sanggup mengimbangiku. Mereka salah karena mereka tidak tahu.
Kamu tertutup karena memang begitulah seharusnya wanita terhormat bersikap. Tapi kamu sangat terbuka terhadap aku, suamimu. Kamu tidak ketinggalan dari glamor dan arus tren yang dianggap menjadi menu wajib masyarakat modern, yang benar kamu mendahuluinya karena kamu yang justru meninggalkannya. Kamu berhasil menjaga dirimu dengan sempurna lahir dan batin dari perkara-perkara yang tidak seharusnya kamu lakukan. Tidak kau biarkan orang selain mahrammu berhak atas dirimu, bahkan untuk memandangmu. Kamu berbeda dan kamu berhasil melakukukannya. Kini giliran aku yang melakukannya untukmu sekuat tenagaku. Menjagamu, istriku.
Hari-hari berlalu dengan sangat indah sejak saat itu. Kamu memang berbeda. Tidak seperti mereka yang pernah aku kenal yang lebih mengenal dunia daripada dirinya sendiri. Kamu mengenal dirimu dengan sangat baik, hak-hakmu, kewajibanmu, posisimu. Kamu mengenal akhiratmu dengan baik sehingga kamu mengutamakannya, sama baiknya dengan mengenal duniamu sehingga kamu berhati-hati terhadapnya.
Delapan bulan bukan waktu yang cukup untuk mengenalmu. Tadinya aku berpikir akan sulit bagiku untuk membingmu. Aku salah, karena aku yang belajar banyak darimu. Saat senang kamu yang mengingatkanku agar tidak jumawa. Saat sukar kamu yang mengajakku bersabar. Bahkan saat aku katakan aku mencintaimu lebih dari apapun, kamu hanya tersenyum. Dan dengan lemah lembut memintaku untuk tidak mencintaimu lebih besar dari kecintaanku pada Allah dan NabiNya. Kamu bilang itulah kenikmatan iman. Kamu ingat, kan? Ah, bodohnya aku ini di hadapanmu. Aku malu padamu, istriku. Lalu bagaimana mungkin aku membenarkan mereka yang mengatakan kamu tidak akan sanggup mengimbangiku?
Hari ini delapan bulan lebih sudah kita bersama. Di dalam perutmu bahkan sudah ada calon bayi kita. 7 bulan sudah usia kandunganmu. Anugerah sekaligus amanah yang luar biasa besar. Insya Allah Ramadhan tahun ini akan sangat meriah buat kita, istriku. Akan ada aku, kamu dan anak kita dengan izin Allah.
Teruslah seperti ini, istriku. Menjadi perhiasan terindah untukku. Akan kujaga sebaik-baiknya. Kupertanggung jawabkan sebenar-benarnya. Tapi bantu aku, ya. Jangan biarkan aku lalai dari kewajibanku padamu dan pada Allah tuhan kita.
Suamimu.
Ucha, ini sangat mengharukan n dalam π
Aku ikut senang ngebacanya… pasangan harus bisa saling mensyukuri keberadaan satu sama lain dalam kehidupan pernikahan π
Alhamdulillah, bro… dirimu telah menemukan yang begitu baik… akhlak dan segala jiwa…
hepi wiken… salam buat Nyonya ya π hehehe
Alhamdulillah… Semoga semua sehat dan lahir dengan selamat. syukron syukron. Ente dah mengingatkan aku. π
subhanallah
barakallahu ya Cha
uchaa aduhhh sayah kehilangan link karena ganti leot…btw suka skaliiiii leot mu huhuhhuhuh maw dunkkkkkkk pengeeeeeeeeeeennnn sumpah mati mmupenggg hikz hikzzzzz…
cha selamat yah dah menemukan “jiwamu”..memang yang namanya cinta itu aneh cara kerjanya ^^
cha masih dimanado????bakudapa kwa dengan istrimu…so nonton transfomer dan laen2???
cmooonn hang outt..
sayah tunggu ^^
met wiken
Ucha, met wiken lagi ya hehehe π
Lagi -> cinta bekerja dengan cara yang tidak bisa dilihat π *halah tuteh*
Subhanallah..
selamat ya.. gak tau mo nulis apalagi. speechles.
setuju denran rani. lay out nya keren. banget.
so sweeeeetttttttt……..
bahgaia sekali membca postingan ini..Alhamdulillah Allah memberi jodoh yg baik… π
alhamdulillah mas…,semoga langgeng, punya anak2 soleh solehah
Ucha…
Alangkah beruntungnya orang yang pandai bersyukur. Maka nikmatnya akan bertambah.
Selamat menunggu buah hati π
ga ada kata2 yg bisa diungkapkan untuk menyatakan keindahannya π
waaah…selamat yaaah mestinya lagi siap2 nerima keluarga baru yaaah…. thanks banget, tulisan ini very touching…..
Subhanallah. Semoga Allah selalu slimuti keluargamu dengan barokah & keridhoanNya, hingga di surga… hingga di surga.. Amiin Allahumma amiin.. π
subhanallah….jadi inspirasi buat aku…thanks ya….
Tak mampu d ungkap π hanya sejumput kalimat ” Subhanallah…”
Subhanallah…
smoga menjadi kel sakinah, mawaddah, rahmah, berkah, bahagia & langgeng dunia akhirat,
moga juga dikaruniai keturunan yg shalih/shalihah yg mjadi pnyejuk hati π
keren mas!
btw, bisa diikutin di Love letter writing competition di kaskus
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3291985
hadiah bagi pemenang :
juara 1: Voucher menginap di hotel NIKKO jakarta dengan pasangan + 100 cendol + 1 buku motifasi karangan eileen rachman + uang saku 300.000
juara 2: Sepatu adidas + 55 cendol + 1 buku motifasi karangan eileen rachman
juara 3: kaos Adidas + USB Adidas + 35 cendol + 1 buku motifasi karangan eileen rachman