Wisata kota Malang– Ini mungkin salah satu trip saya yang paling singkat tapi padat destinasi. Mengingat saya hanyalah karyawan kantoran kere dengan jatah cuti terbatas (dan duit pas-pasan) tapi suka traveling, maka salah satu kaidah utama dalam setiap trip saya adalah ‘wherever you go, do it fast’.
Tujuan trip saya kali ini adalah wisata kota Malang, wisata kota Batu dan wisata gunung Bromo dalam 24 jam. Start dari Surabaya, menuju Malang dan berakhir kembali di Surabaya. Destinasinya adalah kawasan lumpur Sidoarjo, lanjut ke Kota Malang, makan di rumah makan Inggil yang klasik, lalu ke Kota Batu untuk jalan-jalan ke Jatim Park, wisata edukasi di Eco Green Park, lanjut ke Museum Angkut, kemudian menikmati permainan lampu di Batu Night Spectacular, menyambut sunrise di Gunung Bromo, main ke hamparan Pasir Berbisik di kaki Gunung Batok, main rumput di padang savana lalu berakhir di warung Rujak Cingur paling ngehits di Surabaya.
Penting untuk punya list destinasi sebelum berangkat. Begitu juga dengan transportasi dan akomodasi, harus sudah jelas dan sudah dibooking di awal demi meminimalisir improvisasi.
Total jarak tempuh (sesuai trackingan GPS saya) untuk wisata kota Malang ini adalah 427 km, itu termasuk perjalanan wisata gunung Bromo. Lumayan panjang, tapi trip ini bisa selesai dalam 24 jam saja. Tiba di Surabaya pagi-pagi, dan sudah kembali ke Makassar besoknya (saya start dari Makassar sebagai base).
Kalau tripnya 24 jam, terus tidurnya bagaimana?
Karena ini judulnya ONE DAY TRIP maka semua resources (baca: duit) yang ada dimaksimalkan untuk perjalanan, bukan untuk nginap di penginapan atau check-in di hotel. Dan karena moda transportasi yang saya pilih adalah mobil (untuk trip ini saya tidak menyarankan naik motor demi memaksimalkan waktu) maka durasi perjalanan selama di dalam mobil adalah tempat dan waktu terbaik untuk tidur. Percayalah!
Fokus trip saya kali ini adalah DURASI. Jadi setiap destinasi punya setting waktu maksimal yang harus saya tepati sebelum berpindah ke destinasi berikutnya. Melanggar sedikit, maka saya harus rela mengorbankan durasi di pemberhentian berikutnya.
Iya sih, itinerary ini kurang cocok untuk wisata keluarga, apalagi kalau mau bawa anak-anak. Selain berpotensi bikin capek dan masuk angin, juga bakalan kurang puas main di destinasi wisata khususnya yang punya wahana bermain (meskipun defenisi ‘puas’ tiap orang berbeda-beda). Kalau mau wisata keluarga, idealnya sih, destinasinya dikurangi dan waktunya ditambah. Misalnya 3 hari 2 malam untuk destinasi sekitaran Kota Malang dan Kota Batu saja. Atau tambah 1 hari 1 malam untuk wisata gunung Bromo.
07:30 WIB Tiba di Surabaya
Saya sengaja cari penerbangan paling pagi ke Surabaya. Ini penting banget. Karena itu artinya saya punya waktu seharian yang bisa digunakan buat jalan-jalan. Ingat, ini judulnya ONE DAY TRIP.
Tiba di Surabaya pukul 7:30 pagi langsung menuju Malang dengan mobil travel. Sebaiknya sih sudah pesan duluan. Bisa via kenalan, atau booking online. Jadi tiba di bandara Juanda bisa langsung dijemput dan meluncur ke Malang. Harga sewa mobil plus sopir sekitar 300-400 ribu per 12 jam (belum termasuk BBM). Kalau mau sewa sampai 24 jam, tinggal negosiasi saja. Pilih yang paling affordable.
Jarak Surabaya-Malang adalah 102 Km. Karena rute Surabaya-Malang ini melewati lokasi bekas pengeboran minyak (baca: lumpur) di Sidoarjo, maka kurang afdol rasanya kalau tidak mampir dan melihat lumpur. Iya benar, ngelihat lumpur. Itupun bayar Rp 5000. Pagi-pagi saya sudah menyaksikan pemandangan yang bikin saya ‘kagum’ sama Indonesia. Cuma di Indonesia bisa lihat pemandangan tentang aktivitas pengeboran yang menyebabkan beberapa desa di Porong terendam lumpur dan ribuan warga kehilangan tempat tinggal. Beberapa tahun kemudian disepakati menjadi bencana nasional. Inilah prasasti peragaan impunitas oleh pihak oknum terhadap rakyat yang kemudian di “setujui” baik oleh para aparat maupun komponen elite politik. Tapi mengingat saya ke sini untuk senang-senang dan bukan untuk ngedumel, saya putuskan melanjutkan perjalanan 15 menit kemudian.
Dalam perjalanan dari Sidoarjo ke Malang (yang ditempuh dalam 2 jam) saya menghemat energi dengan.. yak, tidur!
Meskipun tidur, saya tau pak sopir mutar lagu dangdut koplo sepanjang perjalanan. Pilihannya hanya dua: saya harus ikhlas dengar dangdut koplo atau si pak Sopir ngambek dan saya yang nyetir. Well, jadilah dangdut koplo jadi backsound kami sampai tiba di Kota Malang.
Wisata Kota Malang, Kota Yang Sejuk
Tiba di Malang, tujuan utama saya adalah jalan-jalan ke masa lalu. Iya, di Malang kita bisa menemukan banyak sekali tempat-tempat yang masih menyimpan cerita tentang masa perjuangan, kemerdekaan, bahkan pra kemerdekaan. Toko Oen, misalnya. Toko ini berlokasi dekat dengan Alun-Alun Kota Malang, patokannya adalah Gereja Katedral. Memasuki toko Oen kita disambut dengan spanduk ucapan selamat datang di Malang dalam bahasa Belanda. Di bawahnya ada tulisan tahun dibukanya toko ini, yaitu tahun 1930. Nuansa tempo doeloe langsung kita rasakan setelah berada di dalam. Kursi-kursi rotan yang rendah dengan meja bundar dan bertaplak kotak-kotak adalah peninggalan masa lalu yang masih dipertahankan pemilik toko Oen. Menu andalannya adalah ES KRIM! Pas sekali sebagai pelepas dahaga selepas perjalanan dari Surabaya.
Mumpung dekat dengan Alun-Alun Kota Malang, sempatkan jalan-jalan ke sana. Alun-Alun Tugu Kota Malang sering juga disebut sebagai Alun-alun Bundar karena obviously memang berbentuk bundar. Dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, alun-alun ini memiliki sebuah tugu. Tugu yang menjadi kebanggaan Kota Malang ini dulunya merupakan Taman Gubernur Jendral Hindia Belanda J.P. Zoen Coen. Di dalamnya ada taman berbunga yang sangat indah serta beberapa pohon Trembesi. Tepat di bawah tugu terdapat kolam yang penuh dengan bunga teratai yang sedang mekar. Konon kabarnya, kalau malam kolam air mancur ini akan berwarna-warni karena ada permainan lighting yang keren.
Dari sana saya meluncur ke Museum Resto Inggil. Ini sebenarnya adalah warung makan yang punya desain interior unik. Isinya adalah benda-benda bersejarah. Lantainya masih ubin abu-abu yang dingin dan dindingnya semi permanen. Uniknya, mereka memasang foto Gunung Arjuno super besar di dinding dan membuat gubuk lesehan dari bambu. Jadi rasanya seperti makan di bawah kaki gunung Arjuno.
Begitu masuk, saya sudah disuguhkan pajangan topeng yang biasa dipakai oleh penari Topeng. Jumlahnya lusinan dan warna-warni. Lalu ada poster-poster jadul tentang iklan rokok dan bier zaman dulu dengan taglinenya yang unik-unik. Ada juga foto-foto gedung bersejarah di Malang, koleksi jam dan weker kuno, mesin tik dan telepon antik, koleksi mesin jahit kuno, radio jaman dulu, bahkan ada alat keriting rambut bermerk INDOLA yang berasal dari Belanda tahun 1930. Konon alat keriting rambut ini adalah pemberian dari Tante Tan (putri Ong Kian Bie Studio Malang).
Baca di sini untuk lanjutan cerita jalan-jalan saya di Kota Malang dan Batu
nice share 🙂 part 2 nya belum upload ya mas? share akomodasi dari batu ke bromo dong. saya butuh info transportasi waktu sama tarif dri batu ke bromo. makasih